Selasa, September 13, 2011

Menyamar

Aku menghentikannya, aku sudah mencoba menghentikannya tapi dialam bawah sadarku aku tetap terus memimpikan semuanya, membuatku tidak ingin bangun lagi ketika tidur dan memaksaku untuk tidak tidur saat terjaga karena terjaga darinya begitu menyakitkan

Rasanya seperti saat kau tidur kau mendapati dunia terbaik yang selalu kamu harapkan dan tepat di klimaksnya, tanpa antiklimaks sedikitpun dunia itu hilang begitu saja dan kau bangun dengan keadaan shock. Kamu benci karena berharap terus tidur selamanya saat terbangun, namun disaat yang sama kau tidak akan berusaha tidur lagi dan mendapatkan lagi mimpi itu karena saat kau terjaga saat itulah kau sadar bahwa dunia itu hanyalah mimpi, sebuah informasi yang sangat mengecewakan yang membuatmu bahkan tidak ingin tidur lagi untuk mengulangnya.

Kemarin untuk beberapa saat aku sempat mengalihkan pikiran. Aku pikir aku berhasil, aku hampir sukses, paling tidak aku bisa tersenyum dan menyukai orang lain dengan normal. Aku mencoba dan saat aku mulai menyelami pikiranku lebih dalam, rasanya memang pengalih itu tidak benar dan tidak manjur.

Aku pernah bertemu 'teman spesial' masa SMA, saat dulu aku tidak sempat menyampaikan perasaanku padanya, hingga sekarang melihat wajahnya masih membuat aku gugup. Kemarin dia terlihat sama seperti setahun lalu saat terakhir aku melihatnya, manis, tapi saat kukira aku masih mencintainya, aku juga ternyata salah.

Aku ingat, temanku bilang 'mantan pacarku' pernah mencariku. Aku tidak punya ekspektasi apapun, karena memang itu sudah lama berakhir, aku hanya menyayanginya sebatas teman dan dia punya pacar yang lebih baik sekarang, tapi ketika terpintas dalam pikiranku sesuatu, sesuatu yang kupikir juga bisa mengalihkan pikiranku, aku berhenti saat itu juga dilangkah pertama. Aku akan melakukan kesalahan lagi jika memulainya. Aku tahu betul aku menyayanginya tidak lebih dari seorang teman.

Aku bahkan tahu siapa yang pernah menulis pesan 'love you' -yang lain- dikertas pesan dipintu, orang yang baik, pintar, eksistensinya bagus, aku sering bertemu dengannya dikampus bahkan, kami berteman sejak semester pertama, beda prodi sih tapi.... ketika aku berpikir lebih jauh, aku tidak sanggup, aku sama sekali tidak pernah tega menggunakan dia sebagai 'alat' pelega bahwa aku masih punya -orang lain-, atau bahkan 'alat' untuk membalas dendam.

Yang bisa aku lakukan adalah bermimikri, mimikri macam apa? Aku perempuan, dan perempuan didunia ini semua tahu bahwa jenis kami adalah yang terbaik dalam menyamarkan banyak hal. Kami pandai menyamarkan kejelekan sehingga kami selalu terlihat canitk, kami bahkan menyamarkan kejelekan itu kadang hanya dengan senyuman, kami pandai menyamarkan amarah dengan kabur ke toilet wanita untuk memukul-mukul tembok atau berteriak dan keluar dengan wajah sumringah, kami bisa menyembunyikan rasa benci pada orang lain dan melampiaskannya lewat tatapan merendahkan yang tidak terlihat, kami bisa menyamarkan kekuatan kami yang membuat orang melihat kami selalu perlu bantuan, kami pandai menyamarkan sembab merah mata dengan polesan bedak yang telaten, kami pandai menyamarkan mata kurang tidur kami dengan riasan yang sedikit tapi bermakna, kami bisa samarkan rambut yang lima hari tidak keramas dengan vitamin rambut atau hiasan rambut yang menyegarkan, kami bisa samarkan semuanya,  hanya kadang ada satu hal yang kami para perempuan sulit untuk samarkan keberadaannya. Perempuan sulit menyamarkan kebohongan dan perasaan cinta.

Aku selalu ingin menjadi bunglon yang sempurna, tapi aku cacat untuk berubah warna disaat aku ingin.

Dan pada akhirnya yang kulakukan hanyalah menyamarkan keberadaanku sendiri, aku berubah menjadi seseorang yang 'penting' namun disaat yang sama bukan orang yang harus untuk dipandang secara detail. Itu membuat semakin banyak orang mengenalku namun semakin sedikit yang memahamiku.

Aku selalu bisa, karena aku kuat, aku selalu berusaha mencari segala-galanya cara untuk bertahan sendiri, setengah diriku mungkin bisa melakukannya, tapi tersisa setengah yang mati, kosong, hilang, dan tidak pernah mau menerima segala bentuk pertahanan yang aku buat. Salah satunya adalah alam bawah sadarku. Jauh disini, aku tertekan oleh tingkah alam bawah sadarku.

Selama aku tidak mampu kendalikan mimpi maka yang aku bisa hanya kendalikan tidur.
Lelah memang mempunyai banyak kegiatan dan pekerjaan. Tapi aku merasa lega ketika aku selalu punya alasan untuk menghindari tidur, aku tidak pernah ingin melewati fase dimana aku harus bermimpi karena mimpi itu terus terulang seperti piringan kaset rusak dan adegan terulang dibagian yang sama.

Aku hanya tidur ketika aku benar-benar lelah dan benar-benar yakin tidak akan bermimpi.
Sungguh aneh! Tapi memang hanya itu yang bisa kulakukan, tidak ada cara yang lebih baik, tidak akan pernah ada, dan mungkin sejak hari hari dan hari berlalu, eyeliner, mascara, dan semua yang bisa menutupi bahwa malam ini aku tidak tidur, hari demi hari akan semakin kentara....

Aku tidak menemukan cara menyamar yang lebih baik dari ini....

Tidak ada komentar: