Well, every-time 'Time' gives me holes for thinking and being quiet here without anything to do ...
I just have big time to make everything in my mind real ...
Extremely expressive, yes I am ....
It was so .... me ...
Well ... God ... Falling star ... Moon ! everyone ...
=======================================
Fin : night, 9.40 PM
At the lonely Friday_ 4 March 2011
“Bintang-bintang kemarilah sejenak untuk malam ini… aku kesepian sekali” teriaku pada bintang terdekat yang bisa kusapa
“Mustahil aku kesana, ini siklusku, jika aku jatuh maka aku tidak bisa kembali” jawab bintang sambil berteriak
“Bintang-bintang, lalu bagaimana caranya agar aku mendapatkan seseorang untuk menemaniku malam ini?”
“Aku tidak bisa kesana, jika aku kesana maka aku tidak bisa kembali, percuma aku kesana lalu mati, tapi jika kau melihat sebuah bintang jatuh dari orbitnya, memohonlah!”
“Bintang-bintang, kenapa kau harus menjatuhkan diri dan mati dulu agar bisa memenuhi permintaan, tidakkah itu tak adil untukmu?”
“Kami bintang, tak memiliki perasaan sepertimu. Kami bintang tak merasa sepi, tak pernah merasa tak adil, tak pernah merasa iri, untuk apa kami diciptakan, untuk itulah aku melakukan segalanya. Maaf jika aku tidak pernah mendengar atau merasa kasihan kepadamu, aku tak punya perasaan semacam itu, semua bintang tak punya”
“Bintang-bintang … aku iri kepadamu”
“Jangan iri, ketika kau merasakan jadi bintang yang kosong begini, kau akan mensyukuri perasaanmu sekarang. Bersemi”
“Bintang-bintang, tidakah kau lihat sekarang sedang musim dingin? Aku tidak sedang bersemi, aku kesepian”
“Benarkah?”
“Iya iya bintang”
“Aku mau jatuh” bintang berkata padaku “Pejamkan matamu dan ucapkan sebuah permintaan”
“Bintang-bintang, berikanlah aku saran doa apa yang paling baik untuk kuucapkan?”
“Aku tidak tahu, tapi saranku, kau merasa kesepian, maka mintalah seorang teman yang bisa membuat kesepianmu hilang”
“Bintang-bintang. Teman macam apa, aku tak temukan teman macam itu”
“Kau yakin”
“Bintang-bintang, aku punya seseorang, dia teman, iya dia seorang teman, tapi sekarang sudah tidak bisa benar-benar menemaniku lagi. Terlalu sulit, diluar sana banyak hal” aku mulai murung lagi, tapi kupaksa senyum, aku merasa tidak enak bersedih didepan bintang yang hidupnya akan berakhir.
“Nah, itu dia. Mungkin kau bisa meminta dia berada disampingmu selamanya, atau kau bisa membuat semua hal yang membuat dia tak bisa disampingmu itu dilenyapkan, atau mungkin kau bisa meminta sesuatu yang mirip dengan temanmu itu untuk menggantikannya”
“Bintang-bintang, berikan aku satu saja saran, itu terlalu banyak”
“Tidak sempat sayang, aku akan segera jatuh dan mati. Cepat tutup matamu dan ucapkan sebuah permintaan. Kau mau membuat kepergianku sia-sia?”
“Bintang-bintang, aku akan ucapkan permintaanku”
Bintang itu mulai oleng, dia memejamkan mata dengan damai, lalu tersenyum manis kepadaku sebelum orbitnya hilang tertiup oleh waktu, dia kehilangan tempat berpegang, membiarkan dirinya jatuh ringan menciptakan segaris putih yang cantik dilangit yang hitam. Aku bisa rasakan semua yang ada didalam diriku berdoa setelah melihat pemandangan itu. Akupun mengikuti, aku berdoa, aku sudah memilih permintaanku sendiri.
Aku tutup mataku rapat-rapat
Aku merentangkan kedua tanganku. Kusuk
Aku bahkan berlutut, dengan dramatis agar bintang senang melihatnya
“Bintang-bintang, aku akan ucapkan permintaanku”
Tuhan. Aku memohon kepada Engkau, apapun yang terjadi nanti, setelah ini, dia dekat, dia jauh, dia bersamaku, atau tidak bersamaku, jadikan dia orang paling bahagia didunia, jadikan dia agar tidak pernah kesepian lagi, jaga dia dan terus berikan alasan agar dia tetap tertawa.
Bintang terus meluncur, kehilangan daya untuk melayang. Dia tertarik sebuah jalan, sebuah jalur, sebuah gravitasi yang membuatnya terus jatuh menyusut menjadi batu putih indah dari jauh. Dia tersenyum lagi padaku, tapi dengan wajah kebingung. Matanya penuh dengan pertanyaan.
Kau meminta saran sebuah permohonan, kenapa kau meminta jauh dari yang aku sarankan
Mengapa kau memohon begitu banyak, mintalah cukup satu
Mengapa kau menggunakan kata ‘dia’ bukan ‘aku’ … Dia yang mana? Siapa?
Aku hanya tersenyum mendengarnya, melihatnya. Wajah bintang itu ketika pergi begitu tenang, aku hanya melambaikan tangan tanpa menjawab apapun padanya. Dia tidak mengatakan bahwa aku tidak boleh meminta lebih dari satu dalam satu doa, dia tidak tahu bahwa aku punya sahabat yang sangat aku cintai, dia Rembulan, dia tidak tahu aku lebih suka memakai kata ganti ketiga daripada kesatu. Satu hal lagi, dia tak tahu bahwa aku keras kepala.
Aku melambai lagi sambil berteriak “Bintang-bintang, kapan bintang selanjutnya akan jatuh?”
Bintang menggeleng “Aku tidak tahu” jawabnya dengan suara yang semakin lama semakin kecil
“Bintang-bintang, apakah doaku tadi akan dikabulkan?”
Bintang hanya tersenyum lalu dia menghilang dalam kegelapan, meninggalkan sebuah bekas kehangatan dari tempatnya jatuh. Indahnya menjadi bintang. Tapi kosong, mungkin karena itu aku tidak cocok jadi bintang…
Baiklah, aku akan tetap berada disini, menunggu rembulan berkunjung lagi, dan menunggu bintang selanjutnya jatuh dan memohon, aku tak punya doa lain yang sangat ingin ku wujudkan jadi mungkin jika ada bintang jatuh lagi dalam waktu dekat aku akan mengucapkan doa yang sama….
Dear God ---
I just forgot for a while, about something ….
Maya peeped me then … I was afraid if Moon just knew what I’ve been said when falling star happened … I shy …. X))
I just realized for a while ago, about another thing …
Game is not over … Did Moon smile?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar