Jumat, Juli 08, 2011

Test Pack -wondering how my marriage will be-

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.
Will you still love them, then?
That’s why you need commitment
Don’t love someone because of what/how/who they are
From now on, start loving someone, because you want to ….


Judul : Test Pack
Penulis : Ninit yunita
Penerbit : (as usual my fave) GagasMedia
Halaman : 200 (include “The Survey” part)
Harga : honestly it’s nothing if compare with what you’ll get after read it J
Sinopsis :
Sebuah kisah tentang sepasang suami istri Tata-Rahmat, pengacara-psikolog dengan panggilan sayang Neng-Kakang yang sempurna. Sebuah kisah saling mencintai yang diimpikan semua orang ketika setiap hari saling merasa jatuh cinta, saling merasakan hasrat, tidak pernah bosan menatap wajah pasangannya setiap hari hingga tujuh tahun kemudian sebuah kekhawatiran memuncak. Neng begitu khawatir kenapa mereka tak juga punya anak, she’s really obsessed about having child, dia merasa sebagai istri tidaklah lengkap ketika dia tidak mewujudkan rasa cintanya kepada sang suami dengan mempersembahkan seorang anak, dia merasa tidak lengkap. Sedangkan kakang, dia juga ingin memiliki anak tapi melihat Neng yang stress dia bahkan berpikir “It’s more important his wife happiness than having child” punya anak memang membahagiakan tapi tidak harus memiliki anak untuk menunjukan cinta, dia akan tetap menerima apapun keadaannya, asal bersama Neng, ada atau tidak ada anak, baginya tidak masalah. It’s really truly love.
Then, setelah kekesalan Neng yang unik, dia kesal dengan setiap hal yang berbau ‘hamil’ dan guess what semua hal disekitarnya tiba-tiba terkait dengan hamil. Dia bahkan membenci kucing Persia milik tetangga bernama Onde gara-gara dia hamil setelah sekali bertemu pejantan.
Semakin lama, Neng semakin stress hingga suatu hari mereka memutuskan tes ovulasi dengan seorang dokter spesialis kandungan bernama Peni. S (asli gue ngakak sama nama ini). Selesai tes ovulasi yang penuh deg-degan akhirnya Neng dinyatakan okay, subur. Dokter pun meminta Kakang tes sperma, dua kali tes sperma and guess what, Kakang Infertil. It’s mean he couldn’t gives his wife a baby, it’s mean he couldn’t makes his wife –and another girl, whatever in this world- pregnant (okay, ini deskripsi yang berlebihan kayaknya, sorry, terlalu excited maaf ‘^^)
Ketika itulah pertengkaran sering terjadi. Neng mulai meragukan cintanya, apakah setelah suaminya tidak dapat memberikan anak dia akan berhenti mencintai suaminya?
Beberapa peristiwa mulai mengarahkannya pada penjelasan tentang ‘How they really love each other’ and childless not the end of the world at all
Disaat itulah sebuah komitmen diuji, ketika sebuah hubungan tidak hanya perlu saling mencintai dengan kata-kata, ketika cinta itu mulai diuji, maka disitu akhirnya ‘kita’ tahu sejauh apa komitmen kita bisa bertahan. Dihiasi dilema keduanya yang satu pengacara yang selalu mengurusi perceraian, dan sang suami yang seorang psikolog pernikahan, merujukan suami-istri yang ingin cerai, mereka merenungkan sebuah komitmen dari pengalaman klien bahkan orang sekitar mereka.
It’s need commitment, and how far it takes, it’s defends on how far your love ….
Tahukah kita sejauh apa cinta itu sebelum cinta itu diuji …

Komentar
Oke, pertama kali buka halamannya, asli kocak, gue senyum sendiri baca keanehan pasangan yang kebelet punya anak ini –terutama ketika ngamar dan mencoba berbagai cara ‘penyerbukan’- it’s funny, sifat mereka begitu berlawanan dan itu membuat mereka saling melengkapi. Pas saat mulai konflik, gue mulai mikir, bener juga ya! It’s not as easy as what I tough before, it’s more …
Ketika itu gue ngerti, gawd, seriously buat yang mau nikah baca ini dulu dan pastikan bahwa komitmen itu akan terbawa sampai kapanpun. Pernikahan bukanlah hal mudah, dan tidak seperti cerita di film “happy happily ever after” setelah menikah, banyak hal yang akan terjadi dan disitulah sebuah komitmen jadi penting. I’m really wondering how my marriage, I hope as perfect as this one, kita bisa melihat segala hal bisa menjadi sempurna dengan memandang positif segala hal. Novel ini bener-bener menyadarkan J .. Thanks God, gak nyesel waktu tiga jam gue habis dengan baca buku ini (lama ya gue baca bukunya) but it’s really precious.

I know, now I realize, that nothing I have to worry about. I love you. That’s all.
Why I love you?
Because you treat me like that? No… even when you stop treat me like that I’m still love you now
Because you’re handsome? No.. Seriously, I laugh out loud hear someone said that you’re handsome, you’re ‘you’ and I like your face whatever everyone calls it
Because you’re smart? No … When you’re being stupid, I though that just ‘cute’
Because I want to … Yeah that’s all
Klise? Iya, tapi itulah kenyataannya.
Setelah ini satu lagi alasan aku untuk tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana kita akan berakhir.
I never worry anymore about how we will end up.
Jika memang kita ditakdirkan bersama, so, I’ll love you until the end “I’m really sure”
Jika tidak, I’ll still love you until ‘I have to stop love you’. I don’t know when I have to stop for loving you but when the time comes, I’ll know. Aku hanya perlu menunggu saat itu datang.
So I won’t worry anymore about how we will end up. The one that I’m worrying for now just … How I miss miss miss you, how I dying for miss you so much …. That’s all!

Tidak ada komentar: