31 Agustus 2011
19 tahun 2 bulan 4 hari
Kupikir jalan pikiranku terlalu cepat tumbuh, entah sekitar satu tahun, dua tahun, atau lima tahun. Entah! Aku sadar begitu terburu-buru dengan keinginan-keinginan yang ada dalam pikiranku. Aku hanya takut, aku takut mungkin aku tidak akan sempat melalui satu tahun lagi, dua tahun lagi, lima tahun lagi. Membosankan membicarakan hal semacam itu tapi benar-benar tidak bisa benar-benar selesai untuk memikirkannya.
Aku memulai dengan memaafkan. Aku sudah lakukan.
Lalu aku ingin melangkah kearah melupakan. I’m totally stuck now!
Dan meski aku merasa cukup dewasa, ada satu sisi dimana ternyata aku hanyalah seorang gadis kecil. Aku masih anak-anak.
19 tahun 2 bulan 4 hari
Here I am.
Aku sudah berubah, aku yakin tapi. Ketika aku melihat rupa cinta dalam bentuk apapun dan merasakan lembutnya, senangnya, bahagianya, manisnya, meski itu hanya antara dua orang atau kumpulan orang yang tidak aku kenal, aku mengeluarkan air mata, aku tidak terisak, aku hanya menangis. Bahagia dan sedih. Bahagia, cinta itu masih ada dimana-mana dan terlihat jelas. Sedih karena, aku manusia dengan ego yang kuat merasa amat kosong, sebuah perasaan yang persis seperti sebuah gelas kosong yang memandang pada sebuah gelas penuh air murni disampingnya, sebuah perasaan aneh antara menginginkan air yang sama tanpa ingin mengurangi jumlah air gelas disamping.
Here I am.
Aku sudah berubah. Namun ada beberapa hal yang masih sulit untuk aku balikkan
Here I am. Dan aku masih berkata-kata dengan kalimat-kalimat yang kacau yang… aku bahkan tak tahu sebenarnya apa yang aku ingin sampaikan.
19 tahun 2 bulan 4 hari
Masih ada yang aku tidak ikhlas, tapi aku tidak tahu apa itu.
19 tahun 2 bulan 4 hari
Dan meski sepertinya aku cukup dewasa, ternyata aku harus mengakui, aku hanyalah gadis kecil egois yang kekanak-kanakan.
19 tahun 2 bulan 4 hari
Aku menyembunyikannya, berhasil menyembunyikannya.
Aku bukanlah orang yang suka menunjukan perasaan pada orang lain. Aku sering menangis, tapi sangat jarang didepan orang lain, seperti Yellowstone yang hanya akan meledak jika lahar panas sudah memenuhi seluruh tubuhnya. Dalam 19 tahun 2 bulan 4 hari, aku hampir tidak pernah menunjukan pada semua keluargaku dan kedua orang tuaku bagaimana menangis sedih itu. Maksudku diluar ketika kamu bandel, dimarahi orang tua dan menangis, maksud menangis disini adalah “See, mom, dad, I’m sad now”. Rasa-rasanya hanya dua kali, itupun tidak sengaja. Kali pertama saat SMP, aku tiba-tiba ‘ingin’ menangis, lalu aku menangis, my mom saw that, dan bertanya. Aku hanya jawab, “Tidak tahu, tiba-tiba ingin menangis saja”. Yang kedua beberapa hari yang lalu, akupun tidak mengerti, seperti ada sesuatu yang menyesakan, akupun menangis, didepan mama lagi, dan aku bilang aku sakit. Aku tidak pernah berani tunjukan bahwa aku bisa sedih! L
Orang selain orang tuaku yang pernah liat aku menangis, bahkan mendiamkan hanya sedikit sahabat-sahabatku. Sekitar tiga atau empat orang saja. Sisanya (kumpulan temanku, gadis-gadis yang sering duduk bersama menggosip) hanya pernah satu kali melihat tapi benar-benar tidak tahu dan tak pernah kubiarkan untuk tahu. Aku suka mengajak mereka bermain tebak-tebakan. Seiring dengan sifat itu aku tumbuh menjadi seorang gadis ceria yang kesepian. Seperti seseorang yang tidak pernah punya cinta dan merasakan nyamannya punya cinta (aku benci menambahkan kata sejati, aku benci merasakannya, aku benci!).
Aku ingat setiap detail kehidupanku, orang-orang yang berlalu, singgah dan pulang kembali kerumah, datang dan pergi, tersenyum dan marah, muncul dan lenyap. Tiap lekuk kenangan itu aku ingat dan aku tahu betul, aku selalu mempunyai cinta dalam hidupku, aku selalu mempunyainya dalam hatiku, aku selalu membawanya bersama hatiku, rasa senangku, dan kesedihanku. Aku hanya tidak pernah benar-benar memilikinya disampingku. Sesuatu yang cukup mudah untuk diakui. Easy, like it seems!
Namun akupun tahu, lewat itu aku tahu dan mengerti. Ternyata, satu-satunya tempat berkeluh dan berkasih sayang terbaik adalah Tuhan.
Tuhan adalah satu-satunya yang benar-benar tidak akan pernah pergi.
Aku selalu bermimpi, berkhayal seseorang yang bahunya begitu nyaman untuk aku bersandar ketika menangis.
Tapi pada akhirnya aku sadar bahwa tempat paling nyaman untuk menangis adalah bersandar di ‘bahu’ Tuhan. Hanya saja, kadang sensasinya terlalu nyata atau bahkan tidak terasa sama sekali.
19 tahun 2 bulan 4 hari
Aku masih menyembunyikannya. Aku masih sendirian, memilih sendirian, tapi dengan cinta didalam perasaan dan pikiranku, aku tahu cinta itu selalu mengiringiku meskipun belum benar-benar bisa aku miliki.
Lalu pada suatu malam dia –temanku itu- bilang : JIka kamu menginginkannya, minta sama Tuhan. Dia pasti ngasih apa yang kamu minta karena dia tahu sebesar apa kamu memintanya dan menginginkannya. Hanya ada dua kemungkinan setelahnya, Tuhan berikan dia atau yang lebih baik.
Entah aku tidak tahu, kenapa begitu sulit menyembunyikan yang terakhir ini kesemua orang, aku benci ketika mulai bersikap tidak ikhlas –lagi- tapi aku selalu berusaha….
Jika kamu menginginkannya, minta sama Tuhan
------------
Ya, kamu pasti tahu, dicintai itu kadang rasanya menyakitkan!