Senin, Agustus 15, 2011

I Don't Really Care Anymore

Aku ingat, dulu, entah sejak kapan dan sampai kapan, aku selalu peduli. Pada diriku sendiri dan orang lain, secara spesifik dia. Entah apa tujuannya, setiap tingkah lakuku terlalu terikat, apakah itu untuk menghormati perasaan ataupun keadaan.

Aku ingat dulu, aku selalu membenci segala hal. Semua hal jelasnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan apapun yang mengingatkan aku pada 'hal terburuk' dalam hidupku

Tapi .... Itu hanyalah sebuah sudut pandang!

Manusia itu pasti akan selalu punya rasa sayang, tapi sebesar apa? Itu urusan masing-masing. Aku akan belajar dan selalu belajar, rasa sayang yang kumiliki untuk orang lain sekarang telah benar-benar tertata rapi dan terbatas. Aku sudah tidak perduli lagi dengan apapun yang orang lain atau 'aku' lakukan terhadap orang lain. I stay to be myself, I stay to be what I have to be, apapun yang aku lakukan, persetan jika itu menyakitkan untuk orang lain atau dalam satu sisi malah lucu. Aku benar-benar sudah tidak peduli. Aku berdiri dengan kakiku sendiri, satu-satunya yang telah membuatku bertahan adalah Tuhan. Sisanya .......... Aku tidak mau berkomentar!

Aku tidak pernah lagi membenci segalanya, lebih tepatnya mencoba. Aku selalu mencoba memperbaikinya. Sensitisasi, itulah yang selalu aku coba. Alergi yang terus berusaha aku hilangkan. Banyak mengingat banyak belajar, aku kapok memakai cara represif, aku kapok terus memicu disosiasi bipolar yang siap meledak. Aku selalu menerima segalanya apa adanya, mencintai apa adanya semua teman-temanku, semua orang yang kukenal, even ketika mereka adalah orang yang pernah menyakitiku, orang yang pernah memanfaatkanku, orang yang pernah membohongiku, orang-orang munafik, orang yang mengingkari janji, orang yang datang dan pergi dengan seenaknya, orang yang membuat aku 'terkurung', semua orang itu, aku tidak pernah membencinya. Aku tidak lebih baik, aku tidak punya hak membenci, aku selalu berusaha menjadi teman, bukan yang terbaik tapi paling tidak aku berusaha dengan kekuatanku sendiri sebagai seorang manusia untuk memahami keadaanku dan segala hal yang berhak aku dapatkan.

I don't really care anymore about everyone, the one I do care just how's now I can standing up by myself. Menjadi independen, cuma itu. Aku sudah belajar banyak hal, sudah cukup pengalaman yang begitu memuakan dari sejak aku memakai putih biru, putih abu-abu, sampai sekarang, mahasiswi berumur 19 tahun, sudah cukup semua yang lewat untuk aku mengerti bahwa aku memang harus berdiri sendiri. Jika orang bilang itu mustahil, aku akan jadi satu-satunya. Kenapa tidak. Jujur, tidak ada satupun yang bisa diharapkan terlalu berlebihan didunia ini, selain Tuhan!

I don't really care anymore. Ada dua sudut pandang paling dominan disana. Satu aku belajar, dan telah menjadi dewasa dengan memahami bagaimana seharusnya aku menanggapi semuanya. Dua aku telah menjadi orang yang mati rasa. Keduanya menguntungkan. Sekarang aku sudah mulai mencoba menurunkan tingkat depresi ke level terendah yang mungkin aku punyai (masih tinggi mungkin untuk orang lain, hebat jika ada yang ingin menambahkan lagi, SIALAN!). Hal-hal yang telah merubah aku menjadi seorang yang skeptis, tapi, aku tidak munafik, aku sudah mengakuinya. Sialan, kupikir aku sudah berusaha baik, ternyata, Yeah bitch! Hello sister .... Kebun binatang masih tetap bertahan dimulutku, ketidakonsistenan masih merayapi hatiku, kemarahan masih kental, dendam, aku memilikinya lebih besar dari siapapun, jika aku biarkan mungkin setiap orang akan aku dendam. Damn! Aku tidak terlalu baik seperti yang dikira orang. Mungkin mengecewakan tapi ya sudahlah, aku tidak terlalu peduli. Toh tidak ada yang perduli ketika aku kecewa, IMPAS!

I don't really care anymore. Apa yang aku dengar, apa yang aku lihat, apa yang aku rasakan. Just wanna say once, talk to my hand. Stupid!

I don't really care anymore. Jika sekarang aku lihat seseorang mati. Aku bahkan sudah lihat diriku sendiri mati. Aku tahu kebencian masih kentara dalam setiap kata-kataku tapi semua itu hanya sekedar kalimat karena pada akhirnya aku bahkan terus menanamkan pada diriku bahwa, ada atau tidak ada, hadir atau tidak hadir, semua itu aku tidak lagi peduli. Toh aku hidup sekarang! Meski pernah setengah hidup. Shit!

Aku mulai menutup mata dan memimpikan hal baru, orang-orang baru, pertemuan-pertemua baru ... Semua, siapapun, apapun, yang telah hilang dan pergi, pangkatnya telah sama dengan semua yang juga telah hilang dan pergi sebagai 'barang' yang hilang jatuh entah dimana dan aku akan meninggalkan yang hilang itu dan menemukan yang terjangkau tanganku. Aku tidak akan berharap menjangkau rembulan, aku cukup pintar memahami bahwa bulan yang tampak dekat hanyalah 'ilusi' optik semata dan aku sampai kapanpun tidak bisa menggapainya, menyedihkan? tidak juga! Masih banyak pasir pasir dilaut, air-air yang sejuk, bunga mawar yang cantik, kenapa harus melihat yang tidak tergapai. Persetan jika bulan itu tidak lagi purnama, namaku tidak akan berubah, tetap Sari Dianita Purnama. Peduli setan!

Aku selalu yakin aku bisa dapatkan lebih dari apa yang aku dapat sekarang. Bukankah hidup itu adil, Tuhan itu adil, semua yang terjadi selalu akan impas. Aku ingat aku sakit, maka akan aku bayar sakit itu dengan usahaku sendiri, aku ingat aku jatuh dan hampir mati, aku bahkan ingat bagaimana diriku dengan sengaja masuk ke sebuah lubang buaya yang jelas tidak aman. Aku berhasil keluar dengan sisa nyawaku dan bertahan hidup menjadi seseorang yang lain....

Ketika nanti aku datang sebagai diriku yang baru, mengejutkan mungkin. Tapi pasti aku akan sibuk dengan segala hal yang baru......... Apa? Cinta baru? Entahlah, biasanya sih berubah tiap semester... yeah, I never told that I am that kind, I just little 'life' piece of hell who someday will back to the hell, who really hope to be a part of paradise!

Biarlah orang menilaiku, mungkin mereka memang bisa lihat dan benar-benar tahu bagaimana aku, tapi satu hal yang mereka tidak bisa pahami, mengapa aku seperti itu.... Kadang orang yang membeli roti hanya akan peduli apakah roti itu enak atau tidak, sedikit sekali yang peduli kenapa rasa rotinya bisa seperti itu... Orang-orang spesial selalu peka.....

I don't really care about that.... I never crying anymore at all .....

Tidak ada komentar: