Selasa, Mei 10, 2011

Sebuah 'Hendaya'



Aku dan dia, masih tak pernah bisa akur. Kukira ini sudah berakhir, ternyata belum.
Hendaya, dalam bahasa Inggris artinya adalah disability atau ‘ketidakmampuan’. Dalam psikiatri, hendaya biasanya terjadi dalam hubungannya menyangkut sebuah penyakit jiwa, hendaya dalam membedakan realita, hendaya dalam memilah fakta, hendaya dalam mengendalikan mood dan afek. Everything is fine in me, except ….

Aku tidak bisa mengendalikan satu hal yang kusebut itu ‘hendaya’

Jujur, dulu, aku sempat terkena fase mengidap ‘skizopreniform’ yaitu gejala skizofren dengan adanya waham dalam waktu kurang dari enam bulan (meski halusinasi yang terjadi minimal) tapi disana aku memiliki sebuah waham, atau delusi tentang ‘nihilisme’. Beberapa kali medapat suruhan dalam hati berupa anjuran untuk bunuh diri. Tapi, ada sesuatu yang membuat aku menghentikan itu. Aku sudah berjanji, itu intinya!
Sebuah stressor berat membuat aku kembali berpikir (dulu pernah satu kali berpikir bunuh diri saat SMP karena depresi, hebatnya aku bisa menyembunyikan itu dan keluargaku tak ada yang tahu satupun) untuk bunuh diri, tapi lalu aku sadar. Bisikan itu masih datang seringkali (bukan bisikan tegas berupa suara ditelinga, tapi lebih cenderung ke bisikan menuju hati), tapi aku bisa menepisnya hingga sekarang sudah hilang sama sekali. Aku bersyukur, terima kasih berkat kau waham ‘nihilisme’ ku hilang.



Sekarang aku adalah orang yang sangat bersemangat untuk hidup, orang yang punya semangat dan cita-cita… Aku suka empat, ada empat hal besar yang menjadi cita-citaku dan hingga sekarang belum tercapai.
1.       Aku ingin menjadi anak yang berbakti bagi orang tuaku
2.       Aku ingin menjadi dokter yang dicintai dan menolong banyak orang dengan tulus
3.       Aku ingin menjadi seorang istri yang sempurna dimata suamiku kelak
4.       AKu ingin menjadi seorang ibu terbaik dan membanggakan anak-anaku
Setiap wanita itu, meski setakacuh apapun mereka terhadap hidup, mereka tetaplah wanita, aku tetaplah wanita. Aku ingin menjadi seorang istri dan seorang ibu. Aku berjanji untuk tetap hidup dan menjaga diriku, aku mempunyai cita-cita. Dua hal yang membuatku masih bertahan disini dan memaksakan diri bernafas meski aku tahu, for something that I can’t have, something that I can’t live without, it’s you! Tapi banyak hal didunia ini yang membuatku tetap berdiri dengan separuh nyawa yang masih aku miliki dan berkata ‘Aku ingin hidup seribu tahun lagi untuk memastika cita-citaku tercapai, untuk memastikan bahwa aku telah menepati janji, untuk memastikan orang-orang yang kucintai baik-baik saja’

Tapi …..
Everything just doesn’t be great easily ….

Meski nihilisme itu hilang, hendaya ku untuk mengendalikan satu hal masih belum hilang. Aku dan dorongan untuk melukai diri itu masih bertahan.
Ketika keinginan itu begitu kuat, aku bahkan sanggup tidak tidur hingga pagi buta hanya untuk memandangi pisau berkarat yang jangankan membuatku berdarah, menggores tangan pun tidak bisa.
Ketika keinginan itu muncul, semuanya tidak bisa dihindari. Tangan dan seluruh tubuhku seperti bergerak sendiri. Aku sadar sepenuhnya tapi aku tidak bisa mengatur apapun untuk menghentikan tanganku yang terus bermain pisau, keinginanku saat itu hanya satu, aku ingin membuat luka dibagian manapun ditubuhku, hingga ada darah yang keluar baru aku mau berhenti.
Pada awalnya, aku memulai lalu aku gagal. Jauh dalam hatiku aku merasa lega, tapi pikiran lain yang lebih kuat justru seperti protes, dia akan mengulanginya. Aku ingin stop tapi mataku dan pikiranku tidak bisa. Berjam-jam seperti orang gila. Padahal aku baik-baik saja.

Ketidakmampuan untuk memiliki apa yang aku innginkan adalah etiologi terbesar dari semua masalah itu. Apa yang sangat aku kejar dan aku inginkan ….. Aku bukan orang serakah, aku hanya seorang wanita biasa yang ambisius dan punya keinginan besar terhadap sesuatu. Tapi keinginan itu kadang sedemikian kuatnya sehingga melukai diriku sendiri adalah satu-satunya kepuasan yang bisa kudapat setelah aku bersedih.

Aku tidak pernah punya niat ….
Jujur, aku memang masih ingin hidup seribu tahun lagi.
Tidak ada keinginan untuk mati….
Hanya rasa perih itu memuaskan hatiku …
Aku bukan seorang masokis, kesakitan itu tidak ada hubungannya dengan kepuasan seksual, namun masuk ke kepuasan pikiran, hati, …..
Apakah suatu wujud mencari perhatian? Mungkin…
Seorang penderita psikoneurosis akan mendapatkan keuntungan primer dan sekunder terhadap penyakitnya, primer adalah depresinya tersalurkan, dan sekunder salah satunya adalah mendapat perhatian dari lingkungannya, sehingga kadang pasien seakan membutuhkan penyakitnya. Itu yang kudapat ketika kuliah dan aku pikir, mungkin saja, tapi jauh didalam hatiku, dibanding keuntungan yang kudapat, rasa bersalah dan takutku lebih besar. Lalu esensinya aku melakukan itu apa?
Entahlah … Ini semacam hendaya untuk mengendalikan keinginan….
Kadang aku ingin sembuh
Tapi benar, kadang aku merasa membutuhkan penyakitku ini. Tanpanya aku tidak tahu bagaimana harus menumpahkan depresiku …
Aku lelah dengan semua ini ….
Aku ingin menghilang jika bisa …
Tapi banyak hal yang aku tidak bisa tinggalkan bukan karena membutuhkan aku tapi karena aku yang membutuhkannya …
For something that I can’t have, something that I can’t live without ….

Tuhan, aku takut aku harus hilang ….
Tapi jujur aku masih ingin hidup seribu tahun lagi dan melihatnya baik-baik saja hingga akhir hayatnya…
Tuhan, aku takut aku tidak bisa benar-benar menjaga diriku ….
Tapi jujur aku masih ingin tetap baik-baik saja agar aku bisa menciptakan senyum termanisku untuknya ..

Hendayaku ini hanya menegaskan bahwa aku adalah seorang manusia yang tidak sempurna yang kadang tidak bisa mengendalikan emosiku. Diluar itu aku adalah seorang wanita normal yang sama dengan wanita lain didunia sana. Hanya ingin tertawa ketika berada disamping orang yang aku cintai, hanya ingin memperlihatkan bahwa aku kuat dan aku baik-baik saja, yang merasa menyesal ketika melihat orang-orang merasa khawatir, yang merasa sedih ketika mereka sedih, yang ingin melakukan sesuatu namun tidak boleh, tidak bisa, dan tidak mampu….

I’ll stop until there’s 0% possibility for me … And for its 0% possibility itself, it has 0% possibility to happen so, I won’t stop for loving you and stay alive to reach my dream, even if something like that happen again and again and hurting me in the hand, in the hair, in the head, in the cheek, in the eyes, in the leg, in the heart … It just little pain that can’t switches my happiness can to be your side and walk to my dream ……

Aku hanya ingin hidup seribu tahun lagi …
Meski aku tidak bisa benar-benar menjaga diriku ….
Hendayaku ini hanya sebagian kecil kekuranganku yang tak lebih banyak dari kelebihanku …

It just doesn’t be great easily but it can be great as the way I am doing that ….
I love you and wouldn’t change with any possibility …


1 komentar:

Rumah Curhat mengatakan...

Ini sekedar cerita, ataukah kisah anda sesungguhnya?