"Halo"
"Lagi apa?"
"Belajar, besok ujian. Doakan ma ya?"
"Iya, mudahan bisa, sampai kapan ujiannya?"
"Sampai sabtu, dari selasa memang udah ujian, tapi besok itu ujian tulisnya"
"Oh iya.... Nanti sekalian ya carikan info tentang **** (sebuah nama universitas swasta)"
"Oh inggih, tapi masih ada lo Unlam SMUT sama Mandiri"
"Iya, tapi adikmu itu, kayaknya santai sekali"
Pembicaraan sebentar ....... Minta doa lagi dan selesai!
Begitu singkat tapi entahlah seperti ada yang aneh!
Kemaren buka pengumuman SNMPTN buat ngecek hasil adikku kan ikut SNMPTN kemarin, tapi dia belum lulus. Aku sih gak terlalu memaksa dia harus lulus, aku tahu rasanya SNMPTN dan untuk lulus ujian itu butuh usaha yang begitu keras, puji Tuhan memberiku kesempatan untuk berhasil, tapi adikku tidak. Dia tidak sempat belajar, atau bimbingan, atau semacamnya, karena perubahan siklus ujian, terlalu mepet sama pengumuman kelulusan. Yeah bukan sepenuhnya salah 'sistem' sih tapi entahlah aku merasa .... ada sesuatu yang membuat ku menyayangkan ........ tapi setiap hal pasti ada hikmahnya.
Dia itu anak yang cerdas
Cepat nangkap pelajaran
Memiliki gift yang rata-rata laki-laki punya, pemalas tapi cerdas, jarang belajar tapi sekalinya belajar langsung masuk aja dalam otak
Sayang sekali kalo hanya segini ......
Aku bangga padanya, hingga sekarang, bahkan ketika dia gagal, aku tetap bangga padanya, dia sudah berusaha dan dia akan berusaha lagi seperti yang pernah aku lakukan dulu.
Jauh di lubuk hatiku aku ingin dia mengikuti jejakku tapi, aku akan terus mendukung membiarkan dia menjadi apa yang dia inginkan.
Aku seringkali tersenyum mengingat masa kecil kami, jarak kami cuma setahun beberapa bulan, sekarang kalo disandingkan kami seperti anak kembar, tapi dia kadang lebih terlihat seperti seorang kakak, karena dia laki-laki dan posturnya lebih tinggi. Dia sering sekali membuatku menangis dulu, tapi aku juga sering membuat dia jadi dimarahin mama (sejak kecil ternyata aku sudah jago mengambinghitamkan orang lain wkwk), sifat kami begitu berlawanan, dia tenang dan aku cenderung 'ribet', dia lulusan pondok aku binal, dia pendiam aku cerewet, dia terlalu mudah dipengaruhi dan kadang tidak memiliki pondasi pendirian kuat sedangkan aku sangat keras kepala dan apa yang aku mau harus bisa aku dapatkan hingga hal itu memang sungguh mustahil semustahil orang mati hidup lagi, dia cenderung diam dan pasrah sedangkan aku pemberontak (dari SD aja udah bikin kasus sama guru -_-"), dia gampang menyerah dan berpaling sedangkan aku wah sulit membuatku berpaling, titanic juga gak akan bisa kali ..... yah begitulah, kami berdua mirip tapi jauh berbeda...
Dan aku bangga padanya
Mungkin memang bukan rejekinya sekarang
Tapi aku yakin dia punya masa depan yang lebih baik dari aku
Seperti apapun dan menjadi apapun dia nantinya, aku akan terus mendoakannya
Jauh dilubuk hatiku aku ingin dia mengikuti jejakku, tapi aku akan terus dukung apa yang dia mau, yang dia cita-citakan
Tuhan ... Aku sayang adikku!
Tadi mama sempat bilang "Dia sepertinya tenang-tenang saja, gak ada usaha yang begitu kuat"
"Mungkin setelah ini dia bakal termotivasi untuk lebih berusaha" kubilang
Dalam hati aku membayangkan adikku itu. Iya itu memang sifatnya, dia tidak terlihat 'suka' berjuang tapi buktinya sekarang dia berhasil selama 6 tahun hidup mengasingkan diri di pondok pesantren tanpa orang tua didekatnya (sejak lulus SD, kecil banget waktu itu), buktinya dia berhasil jadi juara 3 umum dari seluruh santri ketika kelulusan akhir wisuda, buktinya dia sekarang disini menjadi besar dan mengagumkan, menjadi seorang laki-laki. Kupikir dia hanya tidak menunjukannya. Itu memang sifatnya, aku tahu jauh di lubuk hatinya dia pasti berusaha, aku sedih dia pasti lebih sedih, tapi dia lebih tenang itu saja. Sifatku sama dengan ibuku, cenderung meributkan hal-hal macam itu dan sangat ekspresif. Tapi aku percaya dia
Tuhan .... Aku bangga adikku!
Berikan yang terbaik untuknya, Tuhan, kumohon!
Lalu tentang aku .......................
"Iya, tapi dia tidak rajin belajar kayak kamu" ucap ibuku
Aku tersentuh mendengarnya sekaligus menyumpahi diriku sendir -Itukah yang mama kira selama ini?-
Iya dari dulu aku memang suka belajar. Aku selalu dianggap paling pintar dan cerdas diantara ketiga saudaraku yang lain, tapi itu hanya karena aku diberi kesempatan lebih untuk menunjukannya. Sekarang, bahkan hingga sekarang setelah dua tahun aku hidup 'bebas' dan mengetahui bagaimana sifatku ketika jauh dari orang tua ... Mereka bahkan masih mempercayai aku, aku tersentuh tapi aku juga ingin menginjak mukaku sendiri, mereka percaya padaku, mereka percaya bahwa aku membanggakan dan aku, apa yang telah aku lakukan selama dua tahun terakhir ......... Sungguh menyakitkan mengingat semua itu!
Aku jatuh bangun dalam depresi
Aku menghilang dalam duniaku sendiri
Aku mencoba mati berkali-kali
Aku membiarkan diriku jatuh dalam sebuah tempat yang aku sangat menikmatinya namun membuatku jauh dengan semua orang yang menyayangiku
Aku bahkan kadang merasa malas pulang kerumah yang jaraknya lebih 40 km itu setiap liburan dengan berbagai alasan yang sebenarnya alasannya adalah aku tidak ingin mereka melihat bahwa anaknya ini telah berubah. Aku berusaha melakukan semuanya sendiri dan menunjukan bahwa aku sudah dewasa namun kadang aku bersikap seakan aku tidak punya orang tua,
Demi Tuhan aku sayang mereka dan tidak pernah mau kehilangan mereka.
Jadi apa yang telah kulakukan selama dua tahun terakhir, menyia-nyiakan hidupkukah?
Aku ingin membuat mereka bangga, tapi kadang aku terlalu malu mengakui bahwa aku sama sekali tidak membanggakan selain seorang mahasiswa kedokteran yang tidak bisa menghasilkan apapun selain menghabiskan uang orang tua. Aku malu, ketika setelah dua tahu dan aku bahkan tidak becus mengobati faringitisku sendiri.
What the hell am I doing in two years of my latest life?
Aku tidak melakukan apapun selain mengeluh menangis putus asa dan terus menghindari 'Tuhan'
Aku merasa takut pada diriku sendiri. Setiap rupiah yang aku pakai, andai bisa kukembalikan semuanya tanpa kecuali untuk mengurangi rasa bersalahku, tapi aku bahkan bukan apa-apa dan tak pernah punya apa-apa.
Hingga sekarang, aku hanyalah parasit, apa yang kuberikan untuk mereka hanyalah 'rasa bangga yang tidak berlisensi'
Bukannya aku senang ketika kedua orang tuaku percaya penuh padaku, aku malah menangis karena itu
Apa yang sudah aku lakukan selama dua tahun ini ...............
Aku adalah orang yang hampir tidak pernah menyesal, tapi ini adalah salah satu dari 1% pilihan hidup yang mungkin harus aku sesali dan perbaiki. Setiap kesalahan adalah bukti bahwa kita manusia dan harus belajar untuk menjadi lebih baik tapi mungkin rasa menyesal yang satu ini akan membantuku untuk memperbaiki diriku.
Aku hanyalah sosok yang bodoh.
Aku hanyalah sosok yang beruntung
Aku bahkan kadang tidak yakin bahwa aku layak menjadi seorang dokter dengan keadaanku sekarang, tapi aku tetap bermimpi setinggi-tinggi
Prof.dr. Sari Dianita Purnama Sp.BS(K)
Aku masih punya cita-cita dan jika memang aku tidak bisa mengganti tiap rupiah yang telah aku habiskan sia-sia untuk mengurangi rasa bersalah paling tidak suatu hari aku akan memberikan 'lisensi' yang layak pada 'rasa bangga' yang kedua orang tuaku dan semua keluargaku pegang.
Mungkin aku tidak bisa menjadi seratus persen baik sebaik yang mereka bayangkan disana
Tapi aku tidak akan menjadi seburuk yang mereka takutkan. Karena aku sayang orang tuaku...
Aku sayang semua keluargaku!
---Di sela-sela belajar, setelah mendapat telepon dari mama dan mengobrol singkat, aku tidak menyangka akan terpikir seperti ini. God help me .... --- I wish I get luck again for tomorrow like what I got two years ago ...
Wish us luck ...
Mungkin aku memang kehilangan banyak hal. Mungkin aku memang punya puluhan alasan untuk menjadi putus asa. Mungkin aku telah jatuh kedalam lubang begitu dalam dalam gelap dan harus berusaha melakukan segalanya sendiri. Mungkin aku tidak akan pernah benar-benar memiliki orang lain untuk sandaran. Mungkin sebagian hidupku telah hilang. Tapi aku tetap hidup dan apa yang harus aku lakukan adalah menyelamatkan sisa hidupku untuk menebus semua yang telah kedua orang tuaku dan semua orang yang berjasa disekitarku lakukan padaku.Aku tidak ingin mati dengan meninggalkan banyak hutang budi bahkan pada seseorang yang seharusnya paling aku benci didunia ini.
Quote for today :
Kadang orang yang terlihat paling ceria, paling bersemangat, paling sering tersenyum dan mengajak orang tersenyum, paling tak punya beban, adalah orang yang paling kesepian diantara teman-temannya
God, wish us luck ................... Amin
Aku ingin menjadi dokter yang baik untuk semua orang yang mengharapkan aku dan bangga padaku
Aku tidak ingin mengecewakan siapapun
Dan meski dalam hati aku merasa lelah dan putus asa, aku ingin bertahan untuk membuktikan bahwa aku sanggup melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun
Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya, sekarang aku terus mencoba ikhlas dan berdoa kepada Engkau agar aku mendapatkan apa yang kukira layak untukku dan telah aku perjuangkan sepenuh jiwa
Aku mencintai dan cinta terus melekat pada diriku. Ia yang menyakiti aku tapi juga yang membuat aku tetap hidup hingga sekarang. Cinta ...........
Aku cinta adik-adikku
Aku cinta kedua orang tuaku
Aku cinta keluargaku
Aku cinta dia
Tapi Tuhan, meskipun kadang aku sering nakal, sering melupakanmu, sering pura-pura tidak tahu tentang tanda-tanda yang Engkau kirimkam. Aku adalah ciptaanMu yang semata MencintaiMu karena untuk itulah aku dilahirkan ...........
Aku akan bertahan disini menjadi seseorang yang seharusnya aku jalani
Be the one who I had to be
Menjadi seorang anak
Menjadi seorang calon dokter
Menjadi seorang teman
Menjadi seorang perempuan
Menjadi seorang yang tetap mencintai dengan tulus tanpa keinginan apapun selain mencintai
Menjadi seorang yang kuat
Menjadi seorang yang terus menepati janji
Menjadi seorang wanita
Menjadi seorang sahabat
Menjadi orang yang terus mencintaimu tanpa henti dan tanpa timbal balik
Bunga mawar itu indah, tapi dia berduri. Bunga mawar itu begitu cerah warnanya ketika segar namun saat layu dia sama seperti yang lain, terjatuh!......... Dan tumbuh lagi sebagai bunga mawar yang baru di tanah yang sama di pohon yang sama, di ranting yang sama