Sabtu, Juni 25, 2011

Zoonosis

1.      Penyakit : Zoonosis (Skabies)

-          Etiologi : oleh familia Sarcoptidae , spesies Sarcoptes scabiei, peredaran cosmopolitan di seluruh dunia. Disebut juga tungau. Hidup di terowongan kulit yang terbatas pada lapisan tanduk dengan daur hidup bisa sampai 8-15 hari.
-          Faktor risiko : orang dengan higien kurang, lingkungan atau orang sekitar ada yang terinfeksi, tinggal di asrama, boarding school, tentara, kos, dan sejenisnya. Tidak membedakan gender, ras, tingkat sosial, namun lebih pada keadaan lingkungannya dan higien per-orang nya.
-          Patofisiologi : tungau dapat berpindah melalui kontak langsung (bersalaman, bersentuhan tangan), tidak langsung (lewat pakaian, handuk) dan cairan tubuh seperti muntah atau pakaian kotor juga. Sering ditemukan di permukaan tangan, lipatan paha, dada, dll. Masuk dia membentuk terowongan lalu bertelur, telurnya menetas setelah sekitar 3-10 hari lalu menjadi larva, nymfa, dewasa. Betina mempunyai dua stadium larva sedangkan jantan hanya satu.
-          Tanda dan Gejala : lokasi terkena daerah fleksor dan tertutup pakaian, lipat paha, lutut, penis, ketiak, perut.UKK nya kanalikuli (membentuk seperti terowongan abu-abu pendek), papul eritem, ekskoriasi. Tersangka scabies, gatal malam hari, mengenai satu keluarga di rumah yang sama, terdapat lesi berupa terowongan di tempat predileksi, sembuh dengan pengobatan spesifik.
-          Prognosis : baik
-          Komplikasi : Infeksi sekunder dan eksema.
-          Pemeriksaan :
·         Anamnesis :
a.       Hal yang ditanyakan
ü  Apa keluhan utama : gatal dan ada lesi berupa terowongan di kulit
ü  Lokasi, predileksi fleksor dan daerah tertutup pakaian
ü  Pertama kali muncul dimana?(predileksi), penyebarannya kemana saja?
ü  Sejak kapan? Sudah berapa lama?
ü  Adakah cairan, nanah, darah, atau sesuatu yang dihasilkan dari lesi?
ü  Keluhan lain?
ü  Usaha yang sudah dilakukan untuk keluhan tersebut? Berobat di dokter lain sebelumnya? Konsumsi obat atau memakai salep, bedak, dan sejenisnya? Adakah hasilnya setelah dilakukan usaha? Apa obat yang dipakai?
ü  Dll
·         Fisik : Untuk menemukan keberadaan terowongan, penyebarannya, keparahan penyakitnya, dan keberadaan tungau, telur, dan larva dari tungau itu sendiri.
·         Penunjang : Kuretase
a.       Tujuan : Mencari keberadaan tungau, telur, larva, atau bagian tubuh dari tungau tersebut
b.      Manfaat : Memastikan diagnosa
c.       Risiko : Harus dilakukan oleh yang ahlinya (jika kuretase) atau hanya dengan dikerok karena melakukan kuretase dapat melukai pasien jika tidak hati-hati dan saat mencari belum tentu langsung ditemukan objek yang dicari.
·         Laboratorium : Sediaan mikroskopik
a.       Objek : Kerokan kulit
b.      Tujuan : Untuk melihat ada atau tidak tungau di kerokan kulit
c.       Interpretasi : Diagnosis positif jika ditemukan Sarcoptes scabei , larvanya, telurnya, atau bagian tubuhnya.
-          Tatalaksana :
·         Non farmakokinetik : Menjaga kebersihan per-orang, tempat tidur disterilkan
·         Farmakokinetik : Digunakan obat topical yang dipakai di kulit
ü  Obat : Pirmetrin 5%
a.       Dosis : -
b.      Tujuan tatalaksana : menghilangkan etiologi skabies
c.       Penjelasan : dioleskan tiap 10 jam, dapat diulang hingga satu minggu
d.      Rasionalitas : baik
e.      KI  : Tidak boleh pada bayi di bawah 2 bulan
ü  Lindane 1%
a.       Dosis : -
b.      Tujuan : Menghilangkan etiologi
c.       Penjelasan : Dioles selama 8 jam?? (tiap 8 jam kali?)
d.      KI : tidak boleh pada ibu hamil, menyusui, pada anak/bayi
e.      Efek samping : Neurotoksik
ü  Sulfur (6%)
a.       Dosis : -
b.      Tujuan : menghilangkan etiologi
c.       Penjelasan : dioles 3 kali 12 jam dan 1 kali 24 jam, aman pada ibu hamil, menyusui, anak dan bayi
d.      KI : -
e.      Efek samping : -
ü  Kromatin
a.       Penjelasan : Dioles 5 kali sehari
ü  Invermectin
a.       Penjelasan : Adanya oral, sistemik nih ….
b.      Dosis : 200 ug/KgBB
-          Follow up :
·         Anastesi : -
·         Penanganan rawat jalan : Jika ada komplikasi, maka tangani juga komplikasinya, jika sembuh, hanya perlu perawatan untuk mengurangi lesi sisa dari kanalikuli yang terjadi akibat tungau.
·         Pencegahan : Memperbaiki higien, memeriksakan semua keluarga (jika serumah) atau teman-teman serumah.

2.      Penyakit : Zoonosis (Pediculosis)

-          Etiologi : ordo Anoplura, spesies Pediculus humanus dan Pthirus pubis. Paling sering Pediculus humanus var. capitis (Kutu kepala/Kutu rambut) dan Pediculus humanus var. corporis (kutu badan)
-          Faktor risiko : Bisa mengenai siapapun, dengan higien kurang dan orang di lingkungan sebagai pembawa awal ‘pediculosis’. Epidemiologinya ketika kontak langsung dan orang-orang yang suka saling tukar pinjam alat pribadi seperti baju, handuk, celana, celana dalam, sisir, dll (Hayo). Untuk Phthirus pubis biasanya tertular oleh aktivitas seksual.
-          Patofisiologi : Telur, larva, atau kutu dewasa berpindah ke badan atau kepala dan terus berkembang biak (kayak biasa, telur, nimfa, dewasa, dan begitu seterusnya)
-          Tanda dan Gejala : Untuk pediculus capitis/corporis biasanya terdapat papul yang gatal di kepala, belakang leher, dada dan perut. Untuk Phthius pubis biasanya khas terdapat macula caerulae (bintik biru) pada badan dan paha. Gatal banget -__-“
-          Prognosis : asalkan diobati dengan rajin, prognosis masih bonam alias baik J, cuma estetikanya aja, kalo orang kutuan gak diobati rasanya gimanaaaa…. Gitu, he… :p. Jangan harap bisa tiba-tiba sembuh sendiri tu kutu tiba-tiba punah dari kepala anda tanpa ada usaha untuk menghilangkan, kutunya cuma bakal bilang “Oooo tidak bisa…”
-          Komplikasi : Kutuan aja sih, tapi kutu nya bisa menjadi vector berbagai penyakit juga, seperti trench fever dan penyakit yang disebar oleh Ricketsia. Misalkan : louse borne epidemic typhus, penyebab Ricketsia prowazelci. Trench fever, penyebab Ricketsia Quintana. Louse borne epidemic relapsing fever, penyebab Borrelia recurentis.
-          Pemeriksaan :
·         Anamnesis :
a.       Hal yang ditanyakan : Idem penyakit atas, biasanya kalo kutuan lebih gampang diidentifikasi soalnya kutunya bisa dilihat dengan mata telanjang, (Kata dr Nelly, dokter yang ngajar Mikrobiologi) bahkan ada yang ekstrim tu kutu sampai baris di belakang leher ampe baju, kayaknya udah terorganisir dan membentuk kesatuan yang lagi latian buat wajib militer tuh kutu -_-“
·         Fisik : Utamakan memeriksa kepala atau daerah badan yang terasa gatal (sebagai predileksi juga, kali aja bukan pediculosis), dan kalo di pubis, ya dicek juga sekalian tanya pekerjaan mbaknya (yakin banget korbannya cewek) atau masnya he, kalo positif sekalian partner seks nya diperiksa (suami atau istri gitu maksudnya, atau yahhh partner seks lahhh)
·         Penunjang : Gak perlu CT Scan atau rontgen. Lebih ke pemeriksaan fisik sebenarnya
·         Laboratorium : Cabut rambut periksa mikroskopis
a.       Tujuan : Memastikan diagnosis. Ada larva, telur atau bahkan pediculus di rambut, biasanya kalo nempel di rambut tu telurnya, kalo kutunya jalan-jalan dikepala.
b.      Interpretasi : Kalo ada berarti positif. Penampakannya, kalo pediculus itu bersegmen (9 segmen), pipih dorso ventral, mata di sisi kiri kanan, ada antenna, dan begitulah bentuk kutu.
-          Tatalaksana :
·         Non farmakokinetik : Rajin mandi, jaga kebersihan, jangan nge-seks sembarangan (higien orang kan kita belum tahu, yah kalo suami/istri kan minimal udah tau keadaan kesehatannya), jangan suka tukar-tukar barang pribadi kaya baju, sisir, handuk, apalagi kalo tinggal tidak dirumah tapi di asrama, kos, atau sejenisnya, biar dibilang pelit, daripada rentan kutuan, kalo masih kutuan sembuhkan dan punahkan dulu kutu di kepala/badan/pubis anda, jangan disebar, jangan mengibaskan rambut hitam berkilau anda kesegala arah (Heh, dibilang ngelawak, jangan salah, tu kutu bisa kelempar kekepala orang sebelah lo!)
·         Farmakokinetik :
ü  Obat : Permetrin 10%
a.       Tujuan tatalaksana : memunahkan etiologinya
b.      Penjelasan : Cucilah rambut anda, keringkan, oleskan krim, trus cuci lagi. Dapat diulang seminggu kemudian.
ü  Shampo Lindane
a.       Dipakai sampoan trus diamkan selama 4-5 menit, banyaknya sekitar 30-40 ml. Bersifat toksis (buat kutu nya kayaknya)
ü  Shampo Selenium sulfide : Pakai trus diemin kurang lebih semenit trus cuci (Yang ampuh biasanya shampoo Selsun, banyak di supermarket)
ü  Kapur ajaib -_-“ : Ini resep gak rasional tapi ampuh, kapur ajaib pembunuh serangga di coreng-moreng diatas kepala anda seakan kepala anda adalah lantai yang harus terhindar dari semut, alhasil semua kutu keracunan. Ingat, ini adalah cara kepepet, ga relevan, ga ada eviden base, belum teruji keamanan, bisa menyebabkan iritasi kulit kepala dan 100% sesat (tapi ampuh errr -_-“)
-          Follow up :
·         Anastesi : -
·         Penanganan rawat jalan : Ga ada, rajin bersihin kepala/badan/pubis
·         Pencegahan : Jaga kebersihan intinya. Rajin mandi dan keramas, jangan keramas cuma ketika keramas itu wajib, kalo bisa setiap hari atau sesuaikan sama aktifitas, jika anda berjilbab dan berkeringat maka bagusnya tiap hari, kalo rambut anda sering terpapar matahari juga (eh kok jadi kayak saran perawatan rambut sih …)


3.      Penyakit : Zoonosis (Cutaneus Larva Migran dan Vicera Larva Migran)

-          Etiologi : Ada banyak larva cacing penyebab penyakit ini namun yang paling sering adalah larva Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum (CLM). Toxocora canis, Toxocora cati, Ancylostoma sp, dll (VLM)
-          Faktor risiko : Anak-anak terumtama yang seneng kotor-kotor sama main di pasir, orang-orang yang suka hewan atau pelihara hewan kayak anjing, kucing, kelinci, harimau (kali ae), lingkungan dengan higien yang kurang baik kayak asrama tentara atau pondok pesantren (apalagi asrama cowok paling sering, gak semua orang bersih, kebersihan tu individu), suka jalan gak pake alas kaki atau pegang-pegang barang kotor sembarang, gak suka cuci tangan (Lol banget).
-          Patofisiologi : Untuk CLM : Pertama cacing dewasa dalam usus anjing atau kucing, betelur, telur dikeluarkan melalui tinja, menetas jadi larva rabditiform, trus larva filariform, eh kepegang gak sengaja atau kena sini-situ, masuk deh melalui kulit, merangsang reaksi inflamasi eosinofilik lokal, bikin terowongan trus jadi creeping eruption, setelah beberapa waktu (karena memang kulit bukan habitatnya si larva tidak bisa berkembang jadi dewasa di situ dan mati) siklus berakhir (tidak bisa menembus lebih dari kulit karena tidak ada enzim kolagenase, kalo VLM kemungkinan masuk lewat mata), selain itu larva bisa menembus kulit hewan kayak anjing dan kucing trus masuk ke dalam tubuh mereka dan jadi cacing dewasa lagi, jadi habitatnya tu sebenarnya di anjing sama kucing. Untuk VLM sama aja cara masuknya, jadi larva dulu trus masuk melalui kulit dan mereka masuk semakin dalam ke daerah visera dalam tubuh termasuk mata, siklus akan berakhir pada akhirnya, tapi kalo VLM ni lebih bahaya dari CLM, soalnya dia masuk ke organ dalam, sampai mata bahkan otak.
-          Tanda dan Gejala : Sangat gatal sekali, terbentuk terowongan (creeping eruption) serupa kanalikuli berwarna kemerahan, garis eritem meninggi, berkelok-kelok, kadang vesikuler, lebar 3mm, panjang 15-20 cm, lesi tunggal/multiple, tidak sakit (Yang liat kali aja sakit bergidik ngebayangin ada larva cacing jalan-jalan sore di bawah kulit)(CLM), bisa sampai terjadi demam, infiltrate paru dan batuk, endoftalmitis (kalo sampai kemata), gangguan neurologic (VLM)
-          Prognosis : Baik. Karena tubuh manusia bukan habitat alami, mereka tidak akan berkembang biak dan pada akhirnya sembuh sendiri, tapi keluhan selama ada larva itu dan komplikasi dari VLM yang biasanya bikin khawatir. Selain itu gak ada masalah, cuma estetika aja setelah terbentuk lesi dan creeping eruption, kulit jadi jelek.
-          Komplikasi : kalo CLM kayaknya cuma penyakit ringan, paling infeksi sekunder karena garukan dari gatal yang amat sangat, kalo VLM bisa sampai menyerang paru dan terbentuk infiltrate, ke mata dan terjadi endoftalmitis, ke otak bisa terjadi gangguan neurologis.
-          Pemeriksaan :
·         Anamnesis :
Hal yang ditanyakan : semua anamnesis tu sama, tambahan aja kalo kasus ini perlu ditanya lebih mendalam tentang kebiasaan, keadaan tempat tinggal, punya binatang peliharaan, tempat main (kalo anak-anak, kalo bapak-bapak kayaknya tempat mainnya tidak mengandung larva deh), jangan remehkan setiap informasi, tapi jangan juga melenceng ke pembicaraan seputar kehidupan sekolah, percintaan, dan rumah tangga.
·         Fisik : Perhatikan daerah-daerah lesi, apakah memang terowongannya adalah hasil perbuatan larva migrant, perhatikan juga bagian tubuh lain yang bisa terlihat kayak mata, tanda vital jangan lupa, kalo si pasien menampakan keanehan periksa juga neurologisnya, periksa apakah dia hepatomegali atau tidak, VLM biasanya terjadi hepatomegali, dicek juga apakah beliau ini hiperglobinemia.
·         Penunjang :
a.       Darah : pada VLM terdapat eosinofilia primer, dan hiperglobinemia, pada CLM terdapata leukositosis dan eosinofilia.
b.      Biopsi : Untuk melihat ada atau tidak larvanya, tapi ni agak sulit, bahkan di lesi bekas terowongan aja kadang gak diketemukan larva
c.       ELISA, untuk mengecek aja, sekalian memastikan apakah memang CLM/VLM atau bukan, tapi kalo emang dah bisa dipastikan, yang beginian gak terlalu perlu sebenarnya.
·         Laboratorium :
a.       Tes Serologi : bedanya sama tes darah? Lol, yeah liat ada atau gak si leukositosis, eusinofilia, dan teman-temannya.
-          Tatalaksana :
·         Non farmakokinetik : Kayak biasa jaga higien, jangan terpapar yang kotor terlalu sering.
·         Farmakokinetik :
ü  (CLM) lokal : semprot klor-etil. Suhunya dapat membekukan si larva, tapi katanya si klor-etil ni sebenarnya gak mematikan larva cuma ‘melumpuhkan’ yang pasti pengobatan ini masih dipakai sampai sekarang
ü  (CLM) : Tiabendazol oral ataupun topical : 25-50 mg/kgBB/hari, 2kali/hari selama 2-5 hari. Tidak diperkenankan melebihi 3 gram perhari. Topikal, 10-15% dalam larutan.
ü  (CLM) : Cryosurgery, yang ini harusnya dilakukan sama dokter bedah, dokter umum ngerjain ini –menurut saya- nekat, walaupun ini cuma surgery sederhana tapi belum tentu daerah yang diinsisi itu masih ada larvanya, kali cuma tinggal terowongan aja, mau apa sama sisa lukanya, luka sekecil apapun kalo menyakiti pasien dan tidak ditangani oleh dokter yang –bukan bisa, tapi- berkompeten sama juga dengan membahayakan pasien.
ü  (VLM) : Tiabendazol oral (sama kayak CLM pakainya)
ü  (VLM) : Dietilkarbamazepin
ü  (VLM) : Fotokoagulasi
-          Follow up :
·         Anastesi : -
·         Penanganan rawat jalan : Cuma kasih edukasi aja sama pasien supaya dipake obatnya sesuai aturan dan jaga higien, hindari hal-hal yang memicu larva itu menyerang lagi.
·         Pencegahan : Jaga kebersihan paling penting tempat tinggal dan binatang peliharaan kita, kalo suka ubek-ubek kucing atau anjing tetangga pastikan dia bersih dan tidak suka esek-esek badan disembarang tempat, usahakan jangan bermain didaerah lembab dan berpasir (untuk anak kecil) atau kalo emang main disana, sehabis main bersihkan benar-benar seluruh tubuh, jangan sampai tidurpun diatas kotak pasir (ingat, kucing suka boker dipasir dan bisa aja bokernya mengandung telur dan larva cacing), oh iya karena menghindari cacing jadi jangan lupa, makan daging, dan ikan harus yang sudah benar-benar matang yaaa ….

Tidak ada komentar: