Senin, Juni 13, 2011

Mikosis, Candidiasis

Pembahasan Praktikum Mikrobiologi Pemeriksaan Mikosis



Fungi/jamur adalah mikroorganisme eukariotik. Hanya 200 dari ribuan spesies yang sudah diidentifikasi sebagai pathogen pada manusia, dan diantara itu beberapa (sekitar selusin spesies) bertanggung jawab lebih dari 90% dari semua kasus infeksi jamur pada manusia. [1]

Morfologi. Bentuk morfologi jamur yang perlu diamati.
Hifa : adalah bagian dasar dari filamentosa jamur yang bercabang, berbentuk tubular, dengan panjang sekitar 2-10 µm. [1]

Miselium : adalah struktur jarring-jaring atau struktur hifa seperti tikar. Substansi miselia (khusus untuk nutrisi) berpenetrasi kedalam substrat nutrient, sedangkan aerial miselia (untuk perkembangan aseksual) berada diatas dari media nutrient tersebut.[1]
Thallus : adalah keseluruhan dari miselia dan disebut juga badan jamur atau koloni.
Yeast/Ragi : Bagian dasar dari jamur yang uniselular. Berbentuk bulat sampai oval dan berdiameter 3-10 µm. beberapa sel ragi bergabung bersama dan menyerupai hifa, disebut pseudohifa.[1]
Dimorfik : beberapa spesies jamur dapat membentuk ragi dan miselium tergantung dari keadaan lingkungan, hal ini disebut dimorfik. Jamur dimorfik pathogen membuat bentuk sel ragi ketika stadium parasit dan muncul sebagai miselia pada stadium saprofit.[1]

Metabolisme. Semua jamur adalah karbon heterotrop, artinya mereka tergantung pada substrat nustrien eksogen yang bersumber dari karbon organic, dan dengan sedikit pengecualian, fungi adalah aerob obligat. Banyak spesies yang mampu mempertahankan aktivitas metablisme pada sebagian besar media nutrisi dasar. Tipe metabolism yang diketahui adalah termofilik, psikorofilik, acidofilik, dan halofilik (contohnya dalam produksi roti, wine, bir, keju, dll) dan industry farmakologi (contohnya produksi dari substansi antibiotic, enzim, asam sitrat, dll). Aktivitas metabolic dari jamur juga bisa menjadi faktor perusak. Infetasi jamur dapat merusak makanan, struktur kayu, tekstil, dll. Jamur juga menyebabkan beberapa penyakit tanaman.
Aspek umum pada penyakit jamur. Disamping alergi dan mikotoksikosis, infeksi jamur sejauh ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur terbanyak. Mikosis diklasifikasikan sebagai berikut : Primer mikosis (Coccidioidomycosis, Histoplasmosis, blastomycoses), Oportunistik mikosis (aspergilosis, mucormikosis, cryptococcoses, dll), Subcutan mikosis (sporotrikosis, mycetoma, dll), cutaneus mikosis (pityriasis versicolor, dermatomycoses). [1]

Diagnosis. Mikroskopik, material pemeriksaan yang sudah dipanaskan bersama 10% KOH. Perwarnaan menggunakan metilen biru, laktopenol biru, PAS (periodic acid-Schiff), tinta, dll.
Kultur, menggunakan medium yang umum dipakai yaitu sabouraud dextrose agar, medium ini mempunyai pH keasaman 5,6. Struktur yang paling penting untuk diidentifikasi adalah morfologi dari jamur, jenis perkembangbiakan aseksualnya, dan jika ada seksual reproduksi. Tes biokimia pernah dipakai untuk identifikasi ragi, dan secara umum tidak terlalu penting seperti pada bakteriologi.
Serologi. Dengan identifikasi antibody khusus antigen jamur pada serum pasien. Interpretasi dari pemeriksaan serologi lebih sulit pada kasus infeksi jamur.
Deteksi antigen. Dengan menemukan antigen spesifik dari material diagnostic.
Cutaneous test. Cutaneous test (alergi) dengan spesifikasi antigen jamur dapat berguna untuk diagnosis beberapa infeksi jamur
Deteksi asam nukleat. Berguna pada deteksi cepat mikosis pada seseorang dengan imunokompromise.[1]

Pada praktikum kali ini, sesuai dengan petunjuk praktikum yang tertera, pemeriksaan difokuskan pada jamur Candida albicans (walaupun pada pelaksanaannya, praktikum tidak menggunakan jamur pathogen) sehingga pada pembahasan selanjutnya akan membahas lebih mendalam tentang jamur pathogen Candida albicans.


Candida berukuran kecil (4-6 µm), oval, berdinding tipis, ragi mirip jamur yang bereproduksi dengan buding. Genus Candida memiliki 200 spesies.  Hanya beberapa yang menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam medis, beberapa spesies signifikan yang perlu diketahui diantaranya Candida albicans, Candida glabarata, Candida parapsilosis, Candida tropicallis, Candida krusei, Candida kefyr, Candida guiller-mondii, Candida husitaniae, Candida stellatoidea, dan Candida dubliniensis.[2]
Candida albicans adalah jamur pathogen terpenting pada manusia dan penyebab umum terbanyak dari infeksi jamur mukosa dan sistemik. Candida albicans mengalami transisi morfologi yang reversible antara budding pseudohifa dan bentuk pertumbuhan hifa. Semua bentuk terlihat pada specimen jaringan. Sel ragi dapat didiseminasi lebih efektif.[2]

Langkah pertama dari infeksi Candida adalah kolonisasi epitel, selanjutnya tergantung dari adeherensi sel epitel dan protein, tergantung kemampuannya bertahan dan mengusir partikel. Kemampuan adesi dari Candida albicans berhubungan dengan kemampuan patogennya menyebabkan infeksi. Sebuah hipotesis berkembang tentang Candida, bahwa semakin terisolasi suatu spesies pathogen, kapasitas adesinya juga lebih besar. Beberapa gen dan produknya telah teridentifikasi untuk dicoba sebagai sel adesi, termasuk ALS (adhesion like sequence), family dari preotein pengkode cell-surface adesi glikoprotein (x-agglutinins) dan HWP-1, yang mengkode protein (Hwp 1) sebuah adesin pada sel epitel buccal.[2]

Epidemiologi. Spesies dari Candida adalah pathogen oportunistik yang penting karena kemampuannya menginfeksi dengan serius pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit. Jumlah Candida diperkirakan 15% dari semua infeksi yang sampai masuk rumah sakit, dan lebih dari 72% dari pasien tersebut mengalami infeksi jamur nasokomial.[2]

Penyakit juga terjadi pada sistem gastrointestinal atau pada kulit. Sebagian besar organism membentuk koloni endogen reservoir dan eksogen yang didapat. Spesies Candida sering ditemukan di lingkungan rumah sakit, makanan, meja, pendingin ruangan, lantai, alat respirator, dan dari pekerja medis. Spesies Candida juga berperan sebagai komensal pada penyakit kulit dan mukosa dari gastrointestinal, genitourinary, dan saluran respirasi. Infeksi Candida yang serius lebih sering pada pasien dengan luka bakar, lahir berat-rendah, resipien dari nutrisi parental, pasien dengan keganasan organ atau hematologi, pasien yang memakai kateter intravascular atau mengalami hemodialisis, dan pasien periode post-operasi khususnya operasi transplantasi. [2]

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Candida diantaranya, Oropharyngeal Candidiasis (OPC), Acute Pseudomembranous Candidiasis (Exudative), Kronik atrofi stomatitis, Angular Cheilitis (Parleche), Kronik hiperplastik Candidiasis (Candida leukoplakia), Medline Glossitis, Esophageal Candidiasis, Gastric Candidiasis, Candia Enterocolitis dan sindrom diare, Cutaneous Candidiasis (Candida folikulitis, paronychia, Kronik mucocutaneous candidiasis), Vulvovaginal candidiasis, Ocular candidiasis, Endocarditis, Kronik sistemik candidiasis, neonatal candidiasis, CNS candidiasis, Pulmonary candidiasis, urinary tract candidiasis, Infeksi Candida pada luka bakar, dan lain-lain. [2]



Daftar Pustaka :
1. Keyser, FH, K.A Bienz, J.Eckert, R.M. Zinkernagel. Medical Microbiology. New York : Thieme; 2005.
2. Dismukes, William E, Peter G. Pappas, Jack D. Sobel. Clinical Mycology. New York : Oxford University Press; 2003.

nb : Karena di Mikrobiologi FK UI tidak ado bahannye ... lanjutannya adalah buku KUKEL :))

Tidak ada komentar: