Aku lupa kapan aku mendaftar dalam permainan ini, aku bahkan lupa apakah aku pernah mendaftar atau tidak, tiba-tiba saja aku mendapati diriku berada dalam permainan ini dan aku tidak bisa keluar, sama sekali tidak bisa, ingin atau tidak, mau atau tidak, aku tidak bisa keluar dan harus menjalaninya sampai akhir. Buruknya, aku bahkan tak pernah tahu peraturan dari permainan ini dan kapan akan berakhir. Aku sudah mencoba dan tidak pernah bisa, seperti mencari sebuah buhul kecil benang diantara ratusan benang kusut, begitu sulit dan hampir mustahil.
Aku tersiksa, siapa mau dengar ini? Tidak ada tentunya, tapi aku tersiksa, aku tidak mengerti kenapa aku harus ‘berpura-pura’ aku tidak mengerti kenapa aku harus ‘bersembunyi’ aku bahkan tidak mengerti kenapa keberadaanku rasanya seperti ‘membahayakan’…
Should I …..
Hingga sekarang aku bertahan untuk tetap berada dalam jalur permainan ini tanpa siapapun disampingku. Aku cukup rapuh untuk hancur, bahkan sangat rapuh. Tapi aku sendirian dan karenanya aku bertahan, tidak ada tempat bersandar untukku ketika jatuh. Aku bahkan tak tahu adakah orang lain dalam permainan ini selain aku, ataukah sekarang semua ‘pemain’ sudah selesai dengan gilirannya dan tinggal aku yang berjuang sendirian. Filsafat mengatakan, jangan percaya 100% pada indera mu, jangan percaya 100% dengan apa yang kamu lihat, kamu dengar, kamu rasakan, karena itu belum tentu benar, masih ada lebih banyak yang tidak kamu lihat, dengar, dan rasakan. Aku mencoba menerapkannya, aku melihat memang tidak ada siapapun lagi selain aku, tidak ada ‘pemain’ lain kecuali aku yang terus berjuang atas sesuatu yang aku bahkan tidak tahu apa itu. sebegitu kecilnya perkembanganku, tapi aku menerapkan filsafat itu yang –entah bodoh atau memaksakan diri- aku tetap tidak percaya dengan yang aku lihat dan aku masih saja mempercayai hal absurd seperti ‘dibalik punggung ini, dibalik bayangan ini masih ada ‘pemain’ lain yang berjuang dengan keadaan yang sama. Aku hampir tidak percaya, tapi keadaan membuatku tetap mempercayainya, dan tahu tidak, sesuatu yang sangat amat klise tapi aku tidak bisa menyangkalnya bahwa satu hal juga yang membuat aku masih –dengan bodohnya- percaya dan bertahan adalah ‘cinta’ ….. cacat!
Should I go away ….? I can’t … but if I should to do, I’ll try ….. but I think I can’t
Aku masih belum benar-benar paham dengan apa yang aku jalani. Aku merdeka? Iya tentu, aku orang bebas yang bisa melakukan apapun yang aku inginkan, semua yang kujalani sekarang tulus, aku berada dimana aku seharusnya berada dan berusaha untuk tidak menuntut, tapi aku sulit menyembunyikan kesedihanku terus-terusan, aku benci ketika aku mulai melihat dan ‘menginginkannya’ diluar kebolehanku, aku benci ketika aku mulai tidak bisa mengendalikan tingkah laku, aku benci ketika aku tidak bisa tidak memperlihatkan kesedihan dan air mata, aku benci ketika tak bisa sembunyikan bahwa aku cemburu, aku benci mengucapkan kata-kata pedas yang menghakimi, tapi semua itu terjadi begitu saja karena aku sedang berada pada titik jenuh keretakan diriku, aku rapuh dan memang sangat rapuh untuk hancur kapan saja …..
I’m so fragile and I don’t know why …..
Aku kebingungan mencari seseorang, bukannya tidak ada, aku yakin pasti ada orang lain yang bersedia berusaha gantikan dia, tapi aku yang tidak bisa menerima begitu saja orang lain, aku sudah membuka diri selebar-lebarnya tapi rasa takut terus saja menjalar, aku takut hal semacam ini akan terulang dan aku takut aku tidak bisa lagi mencintai orang lain lebih dari ini, ketakutanku sederhana tapi begitu sulit dihilangkan. Kristal yang pecah itu biar dilem gimanapun retaknya gak akan hilang, dan aku belum menemukan orang lain yang bersedia menerima aku yang retak ini selain dia –penilaianku amat mentah, tidak relevan dan hanya berdasarkan apa yang sudah aku lewati, sungguh aku begitu rapuh dan mudah luluh-
AKu merasa sangat bodoh dengan membiarkan diriku tetap ‘bermain’ tapi aku tidak cukup bodoh dalam memilih peran, aku tidak rela dan tidak akan pernah tahan jika tidak ‘menjadi satu-satunya’ lalu bagaimana aku harus bersikap. Aku selalu ketakutan menghadapi esok hari, meski aku punya keyakinan esok akan lebih baik tapi aku juga mendapatkan ketidakpastian akan esok hari, dalam ketidakpastian itu apapun bisa terjadi, apapun yang bisa saja membuatku pecah hancur berkeping-keping tanpa seorang pun yang bisa menjadi sandaranku untuk menangis. Aku terus berusaha mandiri, dan aku melakukannya sekarang, aku kuat, tapi ada satu sisi diriku yang aku tidak bisa bohong, sakau tanpa kehadirannya disini. Aku muak dengan keadaanku seperti ini, adakah yang lebih busuk daripada keadaan mentalku sekarang yang menginginkan ‘milik’ orang lain sebegitu inginnya. Aku mengutuk diriku sendiri atas itu!
Besok pun tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi
Besok akan lebih baik aku yakin itu
Tapi aku tidak tahu apa yang akan aku lihat atau dengar besok
Tidak tahu dan tidak akan pernah tahu …..
Aku mencintainya, itu saja, aku tidak ingin yang lain tapi … aku benci melihat ‘kalian’ bersama, aku senang melihatnya bahagia, tapi aku tetap benci melihat kalian bersama, tidak pernah mudah menyingkirkan pikiran itu, aku benci ketika kalian bersama dan terlintas di benakku “It has to be me”
It suck …. Satu kata untuk itu …… Busuk!
Pikiranku yang begitu busuk …..
I’m so fragile and I don’t know why but … I’ll still here to see your smile …. I promise!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar